Senin, 12 Mei 2008

lupa, sesak dan gigil di suatu senja

inginku terus menikmati lupa
walau senja kita tak akan pernah lagi ada
dan biar warna merahnya menghiasi gundukan tanah
merias nisan yang tergolek pasrah

inginku terus menikmati sesak
membuat jejakmu berserak
dan biar kutukar nafasku yang hilang
dengan bayangmu yang lekang

inginku terus menikmati gigil
menggores-gores tulang terpencil
dan biar luka itu tersisip abu
lantas mengering jadi lukisan semu

(januari, 2007)

Senin, 05 Mei 2008

kupang di bulan mei

bukit bersemak coklat tak lagi dominan
runtuhan air berbulan-bulan memancing pucuk-pucuk hijau tumbuhan perdu
mata serasa segar, tapi kulit meratap terbakar terik
langit cerah indah membiru, memaksa dahi mengkerut menahan terangnya

kutatap punggung-punggung bukit di kejauhan sana
ingin mengintip ada apa di balik rumpunan semak dan pohon lontar yang menutupi cadas-cadas itu.

di balik punggung bukit itu....
ada kah memang banyak si kecil yang merana, mengering dan mengerontang karena lapar?
atau memang ada kah ibu-ibu yang diasapi, sementara menunggu bayi lepas empat puluh hari?
ada kah memang banyak si bapak yang tak perduli, seraya menuang tuak sloki demi sloki
atau memang ada kah si anak yang tak kenal apa itu mimpi, apalagi sebaris puisi

ah, capai hanya mendengar
letih hanya mengumbar komentar
sementara menunggu badan ini dibawa angin lalu ke balik punggung itu.